Jumat, 15 November 2013



YUDI GANTENG 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Hewan air adalah mahluk hidup yang habitatnya di lingkungan perairan dan merupakan organisme heterotrof yang tidak dapat memanfaatkan secara langsung zat-zat anorganik yang terdapat di lingkungan hidupnya. Hewan air tersebut mendapatkan makanannya dari mikroba, tumbuhan atau organisme lain yang hidup di sekitarnya. Untuk mencerna makanan tersebut agar menjadi energi, perlu diadakan oksidasi makanan. Proses tersebut biasanya dinamakan dengan metabolisme.
Dalam proses metabolisme dibutuhkan suatu anggaran energi untuk melakukan pembakaran. Pencernaan merupakan proses pemecahan pakan menjadi senyawa sederhana baik melalui peristiwa fisik maupun kimiawi dengan bantuan enzim dan selanjutnya senyawa pakan tersebut diabsorpsi untuk didistribusikan ke sel-sel dalam tubuh. Pemasokan oksigen ke sel-sel dalam tubuh memungkinkan terjadinya suatu oksidasi molekul pakan untuk menghasilkan energi yang bermanfaat bagi kehidupan hewan air seperti untuk kontraksi otot dan kerja syaraf, sintesis struktur tubuh, pemeliharaan tubuh dan homeostatis. Metabolisme terbagi dua menjadi katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah reaksi enzimatik yang mengkonversi energi dari senyawa pakan dalam sel ini dan menghasilkan energi. Sebaliknya anabolisme adalah sintesis molekul kompleks seperti pati, glikogen, lemak dan protein dari molekul sederhana dengan menggunakan ATP sebagai sumber energi. Jadi metabolisme yang terdiri atas anabolisme dan katabolisme ini meliputi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
 

1.2    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tentang metabolisme pada tubuh ikan.  






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Metabolisme
            Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh mahluk hidup, terdiri atas anabolisme dana katabolisme. Anabolisme adalah proses sintesis senyawa kimia kecil menjadi molekul yang lebih besar, misalnya asam amino menjadi protein, sedangkan katabolisme adalah proses penguraikan molekul besar menjadi molekul kecil , misalnya glikogen menjadi glukosa. Selain itu, proses anabolisme adalah suatu proses yang membutuhkan energi, sedangkan katabolisme melepaskan energi. Meskipun anabolisme dan katabolisme saling bertentangan, namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena seringkali hasil dari anabolisme merupakan senyawa pemula untuk proses katabolisme.
            Laju proses metabolisme dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat  pada tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1
Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
Laju Metabolisme
NO
ABIOTIK
BIOTIK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Suhu
Salinitas
Oksigen
Karbondioksida
Amoniak
pH
Fotoperiode
Musim
Tekanan
10
11
12
13
14
15
16
17
Aktivitas
Berat
Kelamin                
Umur
Kelompok (schooling)
Gelisah / stress
Puasa
Ratio makan
Sumber : Smith, 1982 dalam Fujaya 2004.
Karena proses metabolisme membutuhkan energi, sedangkan peyaringan energi dari makanan membutuhkan oksigen maka laju metabolisme dapat diduga dari laju konsumsi oksigen. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur, oksigen dan aktivitas, paling besar pengaruhnya terhadap metabolisme. Peningkatan suhu 10°C menyebabkan peningkatan metabolisme 5-3 kali.
2.1.1   Peranan Adenosin Trifosfat
Sebagian besar reaksi  kimia dalam sel berhubungan dengan proses penyaringan energi dari makanan untuk digunakan pada berbagai sistem fisiologis sel. Semua energi dari makanan (karbohidrat, lemak dan protein) dapat dioksidasi di dalam sel, dan dalam proses ini sejumlah besar energi dikeluarkan. Energi ini dapat digunakan untuk anabolisme (pertumbuhan dan reproduksi) atau untuk  aktivitas otot, sekresi kelenjar, absorbsi  makanan dari saluran cerna, dan lain-lain.
Jumlah energi yang  dikeluarkan oleh oksidasi lengkap makanan dinamakan energi bebas makanan, dan umumnya dinyatakan dengan simbol ∆F. Energi bebas biasanya dinayatakan dalam kalori per mol zat makanan. Misalnya jumlah energi bebas  yang dikeluarkan  oleh oksidasi 1 mol , glukosa (180 gram glukosa) adalah 686.000 kalori.
 Di dalam mitokondria, molekul glukosa dioksidasi/dibakar dalam siklus krebs menjadi 
CO2  + H2O + energi. Reaksi ini merupakan kebalikan fotosintesis, yakni  CO2 + H2O + energi  matahari, menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Energi yang dihasilkan dalam mitokondria ini mengubah ADP (adenosin difosfat) menjadi ATP (adenosin trifosfat). Karena itu,  ATP  terdapat dimana-mana  dalam  sitoplasma dan nukleoplasma semua sel untuk digunakan dalam semua mekanisme fisiologis dalam sel.
            ATP merupakan senyawa kimia labil yang terdapat didalam sel dan mempunyai struktur kimia seperti yang diperlihatkan dalam gambar 1.1.
     



N


dari rumus bangun diatas dapat dilihat bahwa ATP merupakan gabungan adenosin, ribosa dan tiga radikal fosfat. Dua radikal fosfat yang terakhir dihubungkan dengan bagian molekul lainnya dengan ikatan berenergi tinggi (  ̴). Jumlah energi bebas dalam setiap ikatan berenergi tinggi ini per mol ATP kira-kira 7000 kalori dalam keadaan standar dan 8000 kalori dalam keadaan suhu dan konsentrasi rekatan dalam tubuh.  Oleh karena  itu, pembuangan setiap radikal  fosfat mengeluarkan 8000 kalori energi. Setelah kehilangan salah satu radikal fosfat dari ATP, senyawa menjadi Adenosin Difosfat  (ADP), dan setelah kehilangan radikal fosfat yang kedua, senyawa menjadi Adenosin Monofosfat (AMP). Perubahan antara ATP,ADP dan AMP adalah sebagai berikut :
 





2.2  Metabolisme Protein
Protein dalam tubuh hewan dioksidasi, dan nitrogen pada asam amino dilepaskan sebagai ammonia. Jika ammonia dalam tubuh hewan terlalu banyak dapat bersifat racun, tetapi dapat didetoksifikasi dengan dikonversi menjadi urea dan diekskresi dalam dalam bentuk urine.
Asam amino sebagai precursor neurotransmitter mengalami dekarboksilasi. Asam amino hasil pencernaan oleh enzim proteolitik diserap ke darah dengan bantuan firidoksal fosfat (bentuk aktiv vitamin B6) yang berperan dalam pengambilan asam amino oleh sel-sel tubuh. Dalam hati asam amino dilepas sebagai amonia dalam suatu proses yang melibatkan 2 set reaksi yaitu transaminase dan deaminase oksidatif.
              Katabolisme asam amino dan protein dapat menyediakan bahan metabolisme energi yang tinggi pada crustacea. Jalur degradasi asam amino pada crustacea ini serupa dengan yang terjadi pada hewan vertebrata. Perubahan glutamat, aspartat dan alanin menjadi asam ketodikatalisa dengan transaminase. Pada kelenjar antenna, jaringan otot dan beberapa jaringan lainnya serin dideaminasi serin dehidrase untuk menghasilkan piruvat dan ammonia. Enzim ini digunakan dalam jalur kunci dimana amonia yang dihasilkan dapat dibentuk dari asam amino.
Katabolisme menghasilkan tiga produk akhir yaitu amonia, urea dan asam urat. Katabolisme protein dan asam amino menghasilkan bahan utama amonia. Degradasi asam nukleat pada tahap awal menghasilkan asam urat yang kemudian diubah menjadi urea dan akhirnya menjadi amonia melalui jalur urikolitik. Amonia dikeluarkan melalui insang, tetapi mekanismenya masih belum diketahui dengan pasti. Kelenjar antenna merupakan organ ionic dan senyawa nitrogen disekresi dalam jumlah sedikit. Karena urea sangat mudah larut, maka bisa keluar melalui insang. Asam urat yang sulit terlarut tidak dibuang melalui ekskresi, tetapi melalui pengelupasan kulit ( molting ) dan pengelupasan sel lambung ( Dall et al.,1990 ).
Sintesis protein pada crustacea sama dengan yang terjadi pada hewan-hewan lain, hal ini pernah dibuktikan pada Artemia. Asam aspartat dan asam glutamat disintesis dari siklus Krebs dengan peralihan oksaloasetat dan 2-oksoglutarat melalui reaksi aminotransferase. Asam glutamat biasa juga dibentuk melalui aminasi reduktif 2-oksoglutarat. Sintesis glutamat dari 2-oksoglutarat bisa juga terjadi melalui animasi reduktif. Reaksi tersebut dikatalisis oleh glutamat dehidrogenase. Prolin banyak terdapat dalam otot crustacea. Prolin disintesis dari glutamat semialdehid. Arginin dan ornitin dapat merupakan precursor prolin.
2.3 Metabolisme Lemak
Seperti halnya pada hewan-hewan lain, lemak dalam tubuh hewan air misalnya ikan dapat dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Sejumlah senyawa kimia dalam makanan dan dalam tubuh digolongkan dalam lipid yakni lemak netral (trigliserida), fosfolipid, kolesterol dan beberapa senyawa lainnya yang kurang penting secara kimia, trigliserida dan fosfolipid keduanya adalah asam lemak, yang merupakan asam organik hidrokarbon sederhana berantai panjang. Walaupun kolesterol tidak mengandung asam lemak, inti sterolnya disintesis dari hasil degradasi molekul asam lemak, jadi banyak memberikan sifat fisika dan kimia seperti lipid lainnya.
Beberapa lipid disimpan dalam depot lemak sering sebagai trigliserida untuk kemudian dipergunakan untuk menyediakan energi bagi proses metabolisme. Beberapa trigliserida dapat dikonversi menjadi fosfolipid dengan melepas satu dari tiga asam lemak dari gliserol dan menggantikannya dengan kelompok fosfat. Fosfolipid sebagai komponen penting dalam pembentukan struktur membran sel sehingga esensial dalam membentuk jaringan baru.
Lipid pada ikan tidak jenuh sebagaimana yang terdapat pada lemak mamalia, dapat dicerna dan diasimilasi tapi biasanya tidak dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan atau untuk energi dan hanya terakumulasi di dalam otot dan sebagai lemak organ dalam.
2.4 Metabolisme Karbohidrat
Glikogen
Metabolisme karbohidrat secara sederhana dapat digambarkan seperti diagram berikut :
Glikogenosis
Laktat
Glukoneogenesis
Glikogenolisis
Glukosa
Glikolisis
 






Seluruh sel tubuh mengekstrak energi kimia yang terdapat dalam glukosa dengan glikolisis. Proses glikolisis juga mengkonversi glukosa dan piruvat. Glikolisis  memproduksi ATP merupakan reaksi katabolik. Jika sel memiliki mitokondria, produk akhir glikolisis dengan adanya oksigen menghasilkan piruvat, yang kemudian dioksidasi menjadi CO2 dan H2O oleh enzim yang terdapat dalam mitokondria.
Telah diketahui bahwa hasil akhir dari pencernaan karbohidrat adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa. Ketiga monosakarida ini diabsorbsi masuk kedalam darah, dan setelah melalui hati, diangkut ke seluruh tubuh oleh sistem sirkulasi dalam bentuk glukosa.
Segera setelah masuk ke dalam sel, monosakarida bergabung dengan radikal fosfat sesuai dengan reaksi sebagai berikut :
glukokinase
+ ATP
Glukosa 6 fosfat
Glukosa
 



            Fosforilase ini dipermudah oleh enzim heksokinase yang spesifik untuk setiap jenis monosakarida; glukokinase mempermudah fosforilase glukosa, fruktokinase mempermudah fosforilase fruktosa dan galaktokinase mempermudah fosforilase galaktosa.
            Fosforilase monosakarida hampir seluruhnya irreversibel kecuali dalam sel hati, epitel tobulus ginjal, dan sel epitel usus halus dimana terdapat fosfatase spesifik untuk reaksi sebaliknya. Oleh karena itu, pada kebanyakan jaringan tubuh, fosforilase berperan menangkap monosakarida dalam sel. Sekali berada dalam sel, monosakarida tidak dapat berdifusi kembali ke luar sel kecuali sel-sel khusus yang memiliki fosfatase.
            Setelah diabsorbsi oleh sel, glukosa dapat segera diubah menjadi energi atau dapat disimpan dalam bentuk glikogen. Semua sel tubuh mampu menyimpan glikogen meskipun dalam jumlah sedikit, kecuali sel-sel hati dapat menyimpan glikogen dalam jumlah besar (dapat meyimpan 5 – 8% beratnya) dan sel-sel otot (dapat menyimpan 1% glikogen). Kecepatan transpor glukosa ke dalam sel dipercepat oleh adanya hormon isulin.
2.4.1 Glikogenolisis (Degradasi glikogen)
Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dan sebaliknya glikogenolisis merupakan pemecahan glikogen menjadi bentuk glukosa dalam sel.
Pada gambar 1.1 menunjukkan reaksi-reaksi kimia glikogenesis dan glikogenelosis. Dari gambar tersebut terlihat, glukosa 6-fosfat pertama-tama diubah menjadi glukosa 1-fosfat, kemudian zat ini diubah menjadi uridin difosfat glukosa, yang kemudian diubah menjadi glikogen. Beberapa enzim spesifik dibutuhkan untuk menimbulkan perubahan ini antara lain enzim glukogen sintetase. Glokogenolisis tidak terjadi dengan kebalikan reaksi kimia yang sama untuk membentuk glikogen, tetapi dengan cara memisahkan molekul glukosa pada setiap cabang polimer glikogen melalui proses fosforilase. Pengaktifan fosforilase dilakukan oleh dua hormon yaitu epinerfin dan glukagon.
 






Gambar 1.1
Reaksi-reaksi kimia glikogenesis dan glikogenolisis pada sel hati
(Sumber : Guyton, 1992, hlm. 363 dalam Fujaya 2004)

                         


            Karbohidrat dalam tubuh juga dapat dibentuk dari asam amino dan gliserol. Proses ini dinamakan glukoneogenesis. Kira-kira 60% asam amino dalam protein tubuh dapat diubah menjadi karbohidrat, sedangkan sisanya yang 40% mempunyai konfigurasi kimia yang sukar dilakukan. Setiap asam amino diubah menjadi glukosa oleh proses kimia yang sedikit berbeda. Misalnya, alanin dapat diubah langsung menjadi asam piruvat dengan mudah oleh deaminasi; asam piruvat kemudian diubah menjadi glukosa. Sedangkan beberapa asam amino yang lebih rumit dapat diubah menjadi berbagai gula yang mengandung atom karbon tiga, empat, lima, atau tujuh; gula ini kemudian akan masuk dalam lintasan fosfoglukonat dan akhirnya membentuk glukosa. Jadi dengan cara deaminasi ditambah beberapa interkonversi yang sederhana, banyak asam amino dapat menjadi glukosa. Interkonversi yang sama dapat mengubah gliserol menjadi glukosa.
            Proses glukoneogenesis diaktifkan oleh hormon glukokortikoid dari korteks adrenal khusus kortisol. Kortisol memobilasi protein dari semua sel tubuh sehingga protein tersedia dalam asam amino dalam cairan tubuh. Sebagian besar asam amino ini akan mengalami deaminasi dalam hati yang berarti menyediakan substrat yang ideal untuk perubahan menjadi glukosa. Selain kortisol,  tiroksin juga meningkatkan glukoneogenesis. Peningkatan ini diduga terutama akibat dari mobilisasi protein dari sel dan mungkin peningkatan ini dalam batas tertentu juga berasal dari mobilisasi lemak dari depot lemak, bagian gliserol lemak diubah menjadi glukosa.
            Alur penting dalam metabolisme karbohidrat adalah piruvat dapat diubah menjadi laktat tanpa membutuhkan oksigen, proses ini disebut glikolisis anaerob. Dengan demikian dibawah kondisi khusus (oksigen debt), misalnya dalam aktivitas renang cepat, energi tetap dapat diproduksi walaupun dalam jumlah kecil sambil menunggu sistem pernafasan membawa oksigen tambahan. Reaksi anaerobik ini pada akhirnya menghasilkan laktat sehingga laktat akan terakumulasi (khususnya dalam jaringan otot) sampai oksigen dapat dimanfaatkan. Dengan proses oksidasi, laktat akan diubah menjadi karbondioksida dan air.
           
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.      Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh mahluk hidup, terdiri atas anabolisme dana katabolisme.
2.      Anabolisme adalah proses sintesis senyawa kimia kecil menjadi molekul yang lebih besar, misalnya asam amino menjadi protein. Selain itu Anabolisme suatu proses yang membutuhkan energi.
3.      Katabolisme adalah proses penguraikan molekul besar menjadi molekul kecil , misalnya glikogen menjadi glukosa. Dalam prosesnya katabolisme melepaskan energi.
4.      Ada 2 (dua) faktor yang diduga mempengaruhi laju proses metabolisme yaitu : faktor Abiotik (suhu, salinitas, oksigen, karbokdioksida, amoniak, pH, fotoperiode, musim dan tekanan) dan faktor Biotik (aktivitas, berat, kelamin, umur, kelompok, gelisah/stress, puasa, dan ratio makanan).









 

Daftar Pustaka

Yuwono E, dan Sukradi P., 2001. Fisiologi Hewan Air.CV.Sagung Seto.Jakarta.
Tang. U.M. dan R. Affandi. 2001. Fisiologi Hewan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fujaya Y., 2004. Fisiologi Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Praweda, 2007. Biologi. Diakses pada Tanggal 22 Maret 2013. Dari http://ftp.ui.edu/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/Biologi%203.htm